Selasa, 16 Desember 2014

some priceless moments

#Sekarang ,, jogja hujan rintik,, malam,, pukul 10
backsound: lagu "Dua Sejoli" - Dewa 19
            
harusnya nugas sh buat outlen thesis dan semacamnya
but somehow, typing some scattered thought in my mind push me to write it down :)

aku merasa momen paling useless, dan tak berguna ada mada sekitaran mid Mei  hingga awal Agustus
Pengangguran baru, masih di lingkungan lama : malang, kampus dan semuanya
bapak ingin aku asdos, sekolah lagi dan dosen,,
sementara aku: yah still naggling defining my own dream and wonder that my curiosity and idealism is enough
being a reporter, civil servants, and many alternative , but one thought that : i never dreamt to study again, continued my master degree

 -- like now--

suasana psikologis ku juga hampa, antara meyakini diri untuk segera keluar dari realitas dan bersikap kuat , seperti biasa nya, dan persaan hampa tentang diriku sendiri
But, somehow God have His own plan which never expected by anyone
His destiny encountered me to two persons that at least help me deepening my mind and soul

the first person is the young lad, 2 years younger than me
bright eyes, friendly smile which by his presence
he gave me some spirit that live is never be so dull, monochromatic,
yes those 2 years really really shaped me, it happen when you really really in love with someone,
gave your worlds, time, tears and actually you'll be really really wounded
 so young clad, with his own problem, brilliant thought  ad I understand that..
somehow we destined to be met, and should learn something priceless lesson about it
maybe we are in the same vacant, emptyness mind, which somehow trapped in our young age
I enjoyed watching movie with him, go sneaked at night from his mother,, it such somehow awaked my childish memories
it seems sound awkward, but it really happen to me when I'm supposed to be mature in motherly and sisterly ways for more than 2 years in society
I understand that life is too sort if only filled with regret... and maybe he find some sisterly-feeling or something like that, when his life seems too cold, lonely, and need a recognition to be seen as an early-adult personal..
do we wrong? in such circumstancess i never have a will to call it right or wrong
i understand my Allah more from his cross sign as pray when we eat together
it seems that His massage go down to me through him, that God never let His people alone
so we should always preserve our good relationship with Him regardless our condition
somehow, we understand that our feeling must be over silently, without has a chance to talk about it
Good luck for you, may Allah send his Blessed to you to fulfill your dream. The last time I saw him, I understand it must be ended as a good memories

the second, is it you?? the one meet as early as i entered college
as an odd senior, you seems never pay attention to something or someone that you think not so much need your attention
your out of the box attitude, word and character sometimes make me feel non-sense and though : what do you exactly one
being an unpredictable person is your slogan and for more than 5 years i never pay much atttention to you
and than the days come when we maybe purposely or not entwinted together
debating arguments, ideas and even some moments that I even wonder what such a person inside in here
you both critisized me and guard me, taught me in your constructive critism
to be near you mean I'm free to be my own self, nagling with my childish attitude but in the same thime creating a conversation that concluded us as : yes "we are getting mature now"
we share our vacant moment together, which is mean happens rarely
no romantic dinner just eat some snacks in street installemnt and spend our time untul 2 a.m
both understand our complex decision making about our own life, planning a just begin life, with all idealism, mixing with realities we should consider
bringing laugh and joke on heavy matters, that we both know we should face it no matter what
some coincidental moment, your gesture when leading an Isya' prayer, one by one wondering me
am I in love again? should it begin again?

and suddenly you go there, the most southern-east past of uor nation,
involving in some development project, without never have a time to discuss and why
leaving me without any news, and some your awkward attitude that lately i'm still compensate it
2 months spend, and you actually comeback give me some news about you
usual joke, sarcasm talk, happen again in my smartphone, but I understand we change to be more mature person
just a priceless Friday and Saturday, no more than 3 weeks a once,
always stay in touch with me when spare time is available
what is our fate tomorrow? would we be destined to be together?
I dunno dear, but I admit that those feeling blossom again, with every consequences should bear
i have no other option except whispering to God
ask the best path for us..
and I hope the time, in its own patch shaping us to the best part of us
who knows, we're lucky enough to spend our remaining life together?
Stay though, I hope Allah give His Blessing and peace to you
Only in God, we always trust

Jumat, 05 Desember 2014

Relatif? kenapa tidak

aih,, di sini  bukan relativism sebagai ideologi yang kompleks dan saya belum paham,, ahahhaha
tapi di sini, mau nggak mau atau memang saking longgarnya kuliah (ceileh,, paper bro!) nggak sengaja bener ada satu topik yang menarik dan tengiang-ngiang di kepala 1-2 hari ini : Relatif

Kebetulan 1
Ada postingan dari Hipwee , postingan agak lama sih yang saya buka lagi, sekilas tentang "inside opinion" dari dunia seputar Hubungan Internasional. aih semacam rendezvouz gitu,, semacam : hey world, we're IR and thanks you've understood us!" ahahaha tentang suka duka kenyataan pahit yang kadang konyol (bittersweet gituu), cita-cita yang membumbung soal korps diplomatik dan kawan-kawan realitas paper yang mencekik,, stigma daaan akhirnya pemahaman : nggak ada yang perlu disesali jadi penstudi HI,, no matter your day now. Bukan chauvinistis jurusan sih, tapi lebih pada sebuah motivasi yang kocak :p

Kebetulan 2
Ada teman yang berkomentar pada suatu kasus yang berhubungan dengan bidang studi saya, yang intinya mengkaitkan antara janji kampanye yang meleset (belum di tepati seperti saat kampanye), dan substansi dari janji itu sendiri yaitu komitmen unutk mengakui Hamas. Jadi mas temenku ini mempertanyakan kenapa Hamas ga diakui dan kaitannya (menurut dia)  membuat Indonesia ga berperan dalam proses pengakuan kemerdekaan Palestina. Nah lho, somehow 2 peristiwa ini sepertinya terkait, buty eits I argued that actually they stand on difference position :p

Kaalo gaya di kelas tuh gini analisisisnya (sok sok an presentasi di depan Pak Muhadi) :
Hamas itu organisasi politik, semacam fraksi atau ormas, bukan institusi negara, tapi bagian dari negara. Tentu,  eksistensinya itu menimbulkan pro dan kontra , perilaku Hamas yang keras pada Israel (tanpa bermaksud membenarkan pula tindakan Israel) tidak selamanya positif lho.Sehingga munkin ini yang menjadi pertimbangan Pemerintah urung mengakui Hamas. Lagipula  konteksnya masih abu-abu ketika meninjau  sebuah keharusan bahwa negara mengakui organisasi yang secara tingkatan analisis berada dalam kedaulatan negara (Pemerintah Palestina).  Ada beberapa negara yang mengecapnya sebagai teroris. Sedangkan dalam negara Palestina sendiri selain Hamas, ada Fatah yang lebih fleksibel dalam perundingan dan diplomas dan menjadi faksi pemimpin pos-pos eksekutif negara. Hamas memang Palestina, tapi Palestina bukan cuma Hamas. ini yang saya kira belum dipahami masyarakat. dalam negara Palestina sendiri usaha pengakuan kedaulatan negaranya sudah banyak dilakukan. negara dalam konteks hukum internasional secara de facto harus memiliki  warga dan teritorial sedangkan secara de jure adalah adanya pengakuan dari negara lain (mohon maaf bila ada kesalahan intrepretasi). That's the point, Indonesia sudah berperan disitu., antara lain: pengakuan kedaulatan dalam bentuk saling tukar menukar duta/ konsul, aktif menyuarakan mediasi meskipun tidak bisa menjadi mediator Israel-Paestina. Selain dalam PBB, pada forum internasional lain seperti OKI Indonesia sudah menunjukkan posisinya bahwa keberadaan Palestina selaras dengan politik luar negeri Indonesia. Ada banyak hal yang dilakukuan RI walaupun masih belum cukup. Kalau Indonesia memutuskan untuk belum mengakui Hamas, jika dikaitkan dengan komitmen kampanye dan semangat RI mendukung kemerdekaan palestina sepertinya tidak sinkron. Dukungan kemerdekaan tidak serta merta dicerminkan dengan pengakuan eksistensi aktor sub negara. Tentunya berbeda lagi jika dikaitkan dengan janji kampanye.

** kalo dikaitin dengan kebetulan no 1 sih iya: Pemikiran kami anak HI dilatih unutk holistik dan divergen sekaligus. Nothing is pure black and white for us,, bahkan pada konflik yang bahkan telah disebutkan dalam al Quran ini. and that's why IR is not just a mere academical perspective, but somehow its reflect our persperctive in daily life. dan semakin bisa pahami cara pikir orang. temen saya anak sipil dan keahliannya bukan di ranah ini saya harus pahami pola pikirnya. ilmu terlalu luas untuk dipahami sendiri bukan. dan pada konteks tertentu yang saling berkelindan, kebenaran yang diteropong dari fakta itu relatif. so, why not to start thinking relatively when faced the daily life? :))

Senin, 10 November 2014

difference

setelah berabad abad nggak nulis blog,, hahaha,,
here i am come back,, dengn numpang wifi di perpus orang,, ceilehh
 baca tulisan terakhir geli juga,, ababil banget kesannya,, haha iya lah 2011,, 3 tahun lalu non,,,

but, that's life indeed.. sometimes you need to look back, make pece with them and started creating your future...
purity,, optimism, young and naive,,  mungkin itu beberapa kesan yang bisa terbaca dari coretan blog ku,,, and now everything seems different..  ah ya,  dulu mungkin khas romantisme kuliah strata 1, idealisme lah, eksistensi lah,, but now dude, you'll face more complex, greyish area of your mind and life,,.. dan oh sempat-sempatnya nulis blog ditengah lautan tugas paskasarjana yang ih waw..
that's my life, choice and everything,, yak ketimbang nulis di sosmed jugak (2011 belum terlalu booming sih),, malah nanti jadi mispersepsi,, males ah,,, hahaa,,

tadi iseng buka FB, ada tautan di akun teman yang lewat di timeline tentang kristenisasi dalam acara car free day di jakarta. entah, aku juga tak ada niat membukanya,, tapi dari kome
n-komen yang sempat dibuka oh rasanya seperti gabungan dari deja vu, dan perasaan terasing entang oleh apa. ada satu komentar yang berusaha menengahi yang menarik bagi saya,, teringat twitter di salah satu akun anonim yang kira-kira seperti  ini : "  islamisasi bolehlah, namun kristenisasi jangan". saya bukan liberal, juga bukan konservatif atau apa,, saya awam dan mendapat pelajaran agama layaknya anak-anak lain di sekolah negeri. namun sekarang mungkin dalam fase melihat mengkritisi dan memahami teks yang ada di realitas keseharian saya.  saya merasa seperti jika pembicaraan sepperti itu justru mengiris hati saya sebaga seorang muslim,. entah apakah misi itu salah atau saya yang salah, tapi saya yakin kita bersaudara,,, malah dengan mengenal dekat teman teman atau bahkan kerabat yang berbeda agama saya merasa seperti berdiaolg denganNya sendiri.

apakah segala klaim, penyesatan dan semuanya itu memang membela agama saya. siapakah yang sebenarnya di bela? akidah mungkin? bagi saya kok tidak seperti itu. paman, bibi, dan sepupu sepupu tiap minggu mengunjungi gereja, namun bapak dan keluarga justru ke masjid, tapi realitanya lebih dari itu. jadi bagi saya pembicaraan itu tidak saja sensitif tapi juga kontemplatif. that just my private opinion, and not intended to violent other people perspective. Tuhanku membuat agama menjadi bervariasi bukan tanpa sebab kan? :)
 

pHie_corNer Copyright © 2010 | Designed by: Compartidisimo